baru2 ini aku ada membaca sebuah tulisan 'setangkai nasehat untuk muslim malaysia' (Abu Muhammad Waskito). Ia sebuah tulisan yg baik utk kita jdkan panduan dlm menilai suasana negara kita yg smakin meruncing. Reformasi...adakah ia suatu pembaikan atau sekadar memenuhi kehendak kita. Manusia adalah makhluk yang tidak sabar dan inginkan sesuatau umpama berjumpa jin di dalam cerita aladin. Namun realiti tak seindah fantasi, kita harus duduk berfikir tentang realistiknya sesuatu perkara. Memandang kepada reformasi di indonesia kebanyakan rakyat indonesia mula tertanya2 adakah perlunya reformasi.


Ketua Dewan Pembina organisasi Islam Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), KH. Cholil Badawi, mengatakan, “Warna dominan sistem yang kini dikembangkan rezim demi rezim Reformasi, pasca jatuhnya presiden Soeharto 1998, sangat pekat model liberalisme. Bahkan dalam berbagai penerapan rezim liberal di Indonesia jauh lebih liberal dibandingkan di negara Barat asal ideologi itu. Tapi apa yang diperoleh bangsa ini setelah Reformasi berjalan satu dekade?...Indonesia sungguh terpuruk tahun demi tahun Reformasi yang terus berjalan. Kini bangsa Indonesia telah dimasukkan kategorinya sebagai negara gagal (Failed State), karena kepemimpinan yang lemah, ekonomi yang terus-menerus merosot, korupsi dan kriminalitas menyebar, dan sistem demokrasi (yang amat dibanggakan) itu, tapi ternyata telah gagal diterapkan untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.” (Suara Islam, edisi 44, 16-29 Mei 2008 M, halaman 30).

Aku ingin mengulas jugak hehe.. keadaan ini mulai berlaku seperti di malaysia sekarang. Ada pihak melaung2 kebesan yang dikatakan dapat mebebaskan kita dari belenggu yg ada sekarang. Semua orang mula menuntut itu dan ini di atas kelemahan dan kesempatan pemerintahan pada masa kini. Dalam hal ini, kita harus merenung dan cuba berfikir secara rasional. Adakah ia satu perkara yang baik atau sekadar memenuhi tuntutan sebelah pihak. Semua pihak harus berfikir secar rasional mengguna akal dan hati bukan sekadar memenuhi ambisi sesetengah pihak. Kita harus melihat kepada proses reformasi di indonesia di mana ia lebih dikatak membawa keburukan dari kebaikan. Ke mana kia ingin kemudikan negara jika semua orang berteriak itu dan ini..dan menegak benang yang basah untuk sendiri. Negara akan hancur jika semua orang bersuara dan ingin menentukan hala tuju negara.

Melalui tulisan ini saya menghimbau kaum Muslimin di Malaysia agar tidak terjerumus malapetaka seperti yang telah menimpa bangsa kami. Selagi masih ada waktu aturlah energi politik sebaik mungkin, jangan sampai nanti Anda kehilangan negeri Malaysia yang makmur, damai, dan sejahtera hanya karena hawa nafsu politik. Sungguh, penyesalan di kemudian hari sangat sangat menyakitkan. Para ahli politik (politisi) Indonesia yang dulu keras menuntut Reformasi, saat ini mereka bersembunyi, tidak mampu bertanggung-jawab atas malapetaka yang mereka buat. Apakah Malaysia mahu mengalami nasib yang sama?

dalam hal ini, kita harus berfikiran rasional dan tenang. Kita memerlukan seorang yang tidak tamak dan berkepimpinan dalam mentadbir negara. Namun mungkin ia menghampiri paras mustahil dalam keadaan kita pa masa kini. Namun, kita harus beringat dalam keadaan ini, kita yang memilih hala tuju negara. Seperti kata pak Abu dalam karangannya kita harus bijak berfikir.... renungkan dan fikir2 kan...

jika berkata di belakang....
yang benar itu mengumpat.....
yang salah itu fitnah...
kedua-dua menghumban kita ke api neraka....
memilih diam itu lebih baik...
dari berkata sesuatu yang tidak pasti....

~~be end~~

di saat benar dan fitnah tidak dapat di bezakan